Minggu, 18 Maret 2012

Contoh Apresiasi Sastra Novel Indonesia


Ini contoh Apresiasi Sastra Novel Indonesia yang saya dan teman saya buat ketika di kelas 2 SMA.



APRESIASI SASTRA NOVEL INDONESIA

Dua Pasang Mata
Karya Alexandra Leirissa Yunadi













Disusun oleh:
1.    Riyan Wenas (11)
2.    Vladimir Kashira Roygusli (21)





Jakarta, April 2010


--------------------------------------------------------------------------------------------

KATA PENGANTAR


            Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga apresiasi terhadap novel Indonesia ini berhasil diselesaikan. Tanpa bantuan Dia mungkin kami tidak dapat menyelesaikan dengan baik.
            Novel pada hakikatnya adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis, naratif, dan biasanya dalam bentuk cerita. Di Indonesia, novel telah dikenal cukup lama. Namun pada mulanya novel di Indonesia masih sangat sedikit dan hanya berfungsi sebagai media hiburan. Seiring berjalannya waktu, terutama di zaman modern sekarang ini, novel-novel Indonesia sudah sangat banyak. Isinya menarik dan beragam. Menawarkan berbagai persoalan yang bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dan sekarang novel tidak hanya menjadi sarana hiburan melainkan sebagai sarana pembelajaran dan menambah wawasan.
            Melalui sebuah apresiasi sastra, kita dapat lebih mengenal dan memahami isi dari sebuah novel. Karena di dalam apresiasi sastra, terpapar unsur intrinsik, unsur ekstrinsik, serta kesimpulan dan saran. Kami memilih novel berjudul “Dua Pasang Mata” karya Alexandra Leirissa Yunadi sebagai acuan dalam pembuatan sebuah apresiasi sastra. Menurut kami, novel bergenre teenlit ini menarik dan dapat dijadikan sarana pembelajaran.
            Kami menyadari bahwa apresiasi sastra novel Indonesia ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan apresiasi terhadap novel Indonesia ini. Akhir kata penyusun ucapkan selamat membaca dan semoga apresiasi terhadap novel Indonesia ini bermanfaat.

                                                                                                                         Jakarta, April 2010


                                                                                                                                 Penyusun

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR ISI



Halaman Judul.....................................................................................       i
Kata Pengantar....................................................................................       ii
Daftar Isi.............................................................................................       iii
Sinopsis Novel.....................................................................................       1
Unsur Intrinsik.....................................................................................       2
Tema............................................................................................       2
Alur..............................................................................................       2
Penokohan...................................................................................       3
Latar............................................................................................       10
Sudut Pandang.............................................................................       15
Unsur Ekstrinsik...................................................................................       16
Penutup..............................................................................................       17

 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------

SINOPSIS

            Tujuh tahun yang lalu di Bandung, kecelakaan mobil terjadi. Gara-gara iseng memainkan setir mobil dan pedal gas, Ralphie Devorian Arras melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dia merenggut nyawa Viora, adik bungsunya, dan merampas penglihatan Theola Deviria Arras, adik tersayangnya.
            Sejak saat itu Theola membenci kakaknya. Dia menganggap Ralphie telah merampas tiga hal terpenting dalam hidupnya: sepasang mata untuk melihat keindahan dunia, seorang adik yang paling manis, dan kepercayaannya akan kasih sayang seorang kakak. Ralphie yang merasa sangat bersalah memutuskan pergi dari rumah dan tak pernah kembali lagi.
            Kini, Ralphie dan Theola bertemu kembali. Dalam keadaaan tidak saling mengenal. Karena Ralphie menyamar sebagai Rabel, berandalan yang selalu membuat onar.
            Sesaat Rabel bahagia dengan identitas barunya, sebab kini dia bisa melindungi Theola dan menebus kesalahannya. Tapi kebahagiaan itu ternyata tak berlangsung lama. Sebab Theola yang tak pernah tahu siapa Rabel sebenarnya mulai jatuh cinta kepada Rabel.
            Di hari ulang tahun mama Rabel dan Theola, Rabel bertemu dengan mamanya. Di sana ia meminta suatu permohonan yang tidak mungkin. Rabel ingin menyumbangkan matanya untuk Theola. Tetapi pikiran Rabel ini ditolak tegas oleh mamanya.
            Ketika hari itu sudah berlalu, Arizona, musuh terbesar Rabel datang menjemput Theola di rumahnya untuk pergi. Tiba-tiba Rabel datang dengan keadaan mabuk. Ia menarik Theola masuk ke mobil yang dibawanya. Di jalan, kejadian tujuh tahun itu terulang kembali. Kecelakaan mobil terjadi. Rabel tidak mengalami luka serius namun Theola harus dioperasi.
            Rabel yang merasa malu dan sangat bersalah untuk kali kedua, memutuskan untuk mengalahkan kematian. Ia menelan sepuluh butir obat tidur. Rabel pun meninggal karena overdosis. Tetapi sebelum meninggal, Rabel sempat menulis surat yang isinya ingin mendonorkan matanya kepada Theola apabila ia meninggal.
            Theola memutuskan menerima hadiah sepasang mata itu sebagai tanda sayang pada Rabel. Theola melakukan operasi dan berhasil. Ia dapat melihat kembali. Tetapi Theola sadar bahwa pemberian itu bukan hanya sepasang mata melainkan dua pasang mata. Sepasang mata untuk melihat indahnya dunia yang warna-warni dan sepasang mata lagi untuk mengizinkan hatinya kembali melihat dan mempercayai kebesaran kasih sayang seorang kakak yang mungkin ada di dunia ini.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

UNSUR INTRINSIK


Tema   : Pengorbanan dan kasih sayang

Alur
Pemaparan     : Keisengan Ralphie menjalankan mobil menimbulkan kecelakaan yang                               menyebabkan Viora meninggal dan mata Theola buta.
Konflik 1          : Theola menjadi sangat benci dengan kakaknya. Ia tak mau berhubungan lagi                    dengan Ralphie.
Klimaks 1         : Ralphie kabur dari rumah dan tak pernah bertemu Theola lagi.
Leraian 1         : Raplhie dan Theola dipertemukan kembali oleh kedua sahabat Theola.                              Ralphie yang masih merasa bersalah tidak mau Theola mengenalinya.
Konflik 2          : Ralphie menyamar sebagai Rabel, teman kedua sahabat Theola.
Konflik 3          : Rabel ingin mendonorkan matanya kepada Theola sebagai tanda penebusan                    kesalahannya. Tetapi mamanya tidak menyetujuinya.
Leraian 3         : Rabel yang merasa tertekan meminum minuman keras sehingga mabuk.
Konflik 4          : Kejadian tujuh tahun lalu terulang, Rabel dan Theola mengalami kecelakaan                    mobil karena Rabel sedang mabuk. Rabel tidak mengalami luka serius sedang Theola harus dioperasi karena terjadi pendarahan.
Klimaks 4         : Rabel putus asa. Ia bunuh diri dengan menelan 10 butir obat tidur.                                    Sebelumnya dia menulis surat yang isinya ingin mendonorkan matanya kepada Theola jikalau dia meninggal.
Leraian 4        : Rabel meninggal. Theola menerima pemberian sepasang mata dari Rabel.
Penyelesaian   : Theola melakukan operasi dan berhasil. Ia dapat melihat lagi. Dan cintanya                      jatuh di tangan Arizona.
Penokohan
1.      Ralphie Devorian Arras (Rabel)
-    Baik
*      Ralphie berlari naik ke panggung. Dia menatap Theola hangat dan penuh kasih. Tangannya kemudian terulur. Menyentuh bulir air mata Theola dengan sangat perlahan, berusaha mengeringkan alirannya yang tak kunjung usai sambil menghibur Theola dengan kalimat-kalimat indahnya.
-    Nakal
*      Ralphie yang merasa kesal dan bosan, tiba-tiba mendapat sebuah ide di benaknya. Ia berpindah ke bangku pengemudi. Dengan wajah ceria, Ralphie menarik mundur tongkat persneling dan menginjak pedal gas. Mobil melaju kencang dan akhirnya menyerempet pohon tua di tepi jalan.
-    Penyayang
*      “Iya, Theo… Jangan pernah kuatir. Jangan pernah takut. Ada aku. Aku akan selalu menjaga kamu…”
-    Pemalak
*      Salah satu dari kedua cewek culun itu tergesa-gesa merogoh saku dan mengeluarkan uang dua puluh ribuan. Tangannya gemetar tak keruan saat meletakkan uang itu di atas tangan Rabel.
-    Pengecut
*      Theola semakin mendekatinya. Rabel menjadi semakin kalut. Dan dalam keadaan terdesak itulah muncul ide di kepalanya begitu saja, entah dari mana. “Gini aja. Bilang gue temen main lo. Nama gue Rabel. Yang lainnya bisa kita obrolin setelah ini. Yang jelas… Jangan sekali-sekali elo bilang gue Ralphie, kakak kandungnya yang paling dia benci di dunia, yang udah merenggut penglihatan dan adiknya!”
-    Playboy
*      Huuh! Semua orang tau elo hobi ganti-ganti cewek sesering ganti baju.
*      “Udah gue bilang dari dulu, jangan deket-deket sama playboy gembel satu ini,” celoteh Arizona cuek.
-    Keras kepala
*      Rabel tetap memaksa Marva untuk tidak memberitahukan hal itu kepada Theola, bahkan sampai memohon di kaki Marva.
*      Mendengar celotehan panjang lebar Marva, tidak mengurung niat Rabel untuk mengulang perbuatan memalukannya itu.
-    Pemaki
*      Kening Rabel berkerut merah. Dia sudah siap menyemprot si kembar itu dengan makian yang biasa sering dilakukannya kalau si kembar salah padanya.
-    Bodoh
*      “Gue gk naek kelas 2 tahun dan akhirnya gue di DO sama kepala sekolah,” tutur Rabel terus terang.
-    Rela berkorban
*      Theola… telah kukalahkan kematian untukmu. Telah kulewati perampas keberanianmu itu. Dan kini kamu telah bebas. Jadi, kupersembahkan sepasang mataku untukmu. Agar kamu bisa tersenyum lagi.
                                                                                                                  RABEL
2.      Theola Deviria Arras
-    Periang
*      Theola tertawa mendengar celotehan kedua sahabatnya itu.
*      Theola menanggapinya dengan senyuman. “Makasih, ya…” Theola meraih sebungkus dorayaki. Dan bergerak membukanya.
-    Mudah bergaul
*      “Hai, Rabel. Senang banget masih ada yang pengin kenalan sama gue,” kata Theola sambil tersenyum lebar.
*      “Gue Arizona,” Arizona mengulurkan tangannya.
“Theola,” sahut Theola tanpa menyambut uluran tangan Arizona.
-    Tidak mudah dipengaruhi
*      “Jangan pernah nyatain cinta kalau elo nggak benar-benar jatuh cinta.”
*      “Lagi pula…, gue juga nggak bego-bego amat. Gue tau banget, cewek kayak gue udah pasti bukan cewek yang bisa bikin cowok jungkir-balik naksir gue cuma dalam dua-tiga kali bertemu.”
-    Penurut
*      Lalu Theola berbicara di telepon, dengan kalimat pertama berbunyi, “Halo, iya Mama…” dan diakhiri dengan, “Iya… theola pulang sekarang… Daah…”
*      Rabel menarik Theola untuk ikut dengannya. Theola yang masih ragu akhirnya ikut masuk ke mobil pinjaman teman Rabel itu.
-    Munafik
*      Bertemu dengan Ralphie? Merindukan Ralphie? Sunggukah keinginan itu tak pernah ada di dalam hatinya? Theola berharap dia bisa menjawab tidak. Nyatanya, dia sendiri tidak yakin dengan jawabannya. Karena, bukan satu-dua kali Theola tidur terlentang menghadap langit-langit kamarnya. Sambil berpikir, di mana kira-kira Ralphie berada? Apa yang dilakukannya sejak dia lari dari rumah? Di mana dia tinggal? Gimana cara dia bertahan hidup? Tetapi Theola langsung menepisnya jauh-jauh dan bersikap tak penah peduli di hadapan orang lain.
*      Tiba-tiba semuanya tampak begitu jelas di mata Theola. Tembok kemunafikan yang membentengi hatinya runtuh seketika. Ada kerinduan amat menyakitkan yang selama ini ditutup-tutupinya setengah mati.
3.      Marva
-    Punk
*      Kembaran Adiel itu penampilannya sangat funky. Rambutnya di cat warnah merah cherry dan lebih panjang di sebelah kanan. Dagunya bertindik. Begitu pula alisnya. Sebentar-sebentar keluar gelembung permen karet dari mulutnya. Kelopak matanya diwarnai dengan eye shadow warna hitam.
-    Setia kawan
*      Marva dan Adiel sahabar terbaik Theola. Walaupun selama ini tinggal berbeda kota, hubungan Theola dan si kembar itu tidak pernah renggang. Setiap Theola ke Jakarta, mereka selalu menyempatkan diri jalan bareng. Begitu pula jika Marva dan Adiel datang ke Bandung khusus untuk mengunjungi Theola. Intinya, persahabatan Marva, Adiel, dan Theola tak bisa dipisahkan jarak dan waktu.
-    Perhatian
*      “Rabel! Pokoknya, elo akan liat! Gue akan temuin cara buat ngubah elo! Gue janji!” pekik Marva pantang menyerah.
*      “Kita harus bikin Theola marah sama Rabel. Kalau perlu, kita bikin theola marah banget sama Rabel! Pokoknya, kita harus bikin Theola batal naksir sama Rabel!” jelas Marva, pelan, tegas, dan yakin.
*      “God bless us! Adiel ngeliat mobil merah Iren ngebuntutin elo berdua. Dia langsung nelepon gue. Karen takut terjadi apa-apa, gue langsung manggil polisi, sementara Adiel berusaha melacak posisi elo berdua,” jelas Marva panjang-lebar.


-    Keras kepala
*      Tapi Marva rupanya cukup keras kepala. Dia tak terlihat gentar sedikit pun. Malahan, dia kini melipat tangannya dan mulai berceramah.
*      “Nggak bisa, Bel… Itu namanya kita nipu Theola. Pokoknya gue gk mau ngebohongin Theola terus-terusan. Dia kan sahabat terbaik gue.
-    Berani
*      Dan saat Rabel bau membelalakkan matanya untuk protes… Marva tiba-tiba telah melemparkan dirinya. Cewek itu memejamkan matanya dan… bibirnya langsung mengecup bibir Rabel.
4.      Adiel
-    Setia kawan
*      Marva dan Adiel sahabar terbaik Theola. Walaupun selama ini tinggal berbeda kota, hubungan Theola dan si kembar itu tidak pernah renggang. Setiap Theola ke Jakarta, mereka selalu menyempatkan diri jalan bareng. Begitu pula jika Marva dan Adiel datang ke Bandung khusus untuk mengunjungi Theola. Intinya, persahabatan Marva, Adiel, dan Theola tak bisa dipisahkan jarak dan waktu.
-    Perduli
*      “Hati-hati ya, Theoo!” seru Adiel agak cemas.
*      “Tenang… Tenang… Gue akan jaga elo, Theo,” kata Adiel menenangkan, saat merasa Theola mempererat genggaman tangannya.
*       “Aduuuh…, theeooo, syukurlah elo nggak kenapa-napa…,” masih dengan sangat lega, Adiel merangkul Theola erat-erat.



5.      Arizona
-    Baik
*      Tapi Arizona tidak menjawab. Dia berjalan ke arah Theola dan membantunya berdiri.
-    Cerdas
*      Theola pun tak memungkiri kehebatan Arizona dalam mengambil hati orang. Orang tuanya yang biasa superprotektif dibuat tidak berdaya oleh Arizona.
-    Gombal
*      “Datang ke rumah cewek cantik, pasti harus rapi dong?” godanya sambil melirik Theola, berharap melihat pipi Theola sedikit merona, kalau perlu sampai merah padam.
-    Playboy
*      “Jadi, kalo elo pingin ngalahin Rabel, Theola nggak akan masuk ke dalam daftar cewek yang perlu elo rebut untuk membuktikan elo lebih hebat daripada Rabel!” tutur Adiel kesal.
-    Rela berkorban
*      Tepat sebelum kesadaran Theola menghilang, tiba-tiba Arizona menabraknya. Arizona menghimpit Theola dan melindungi Theola dari pukulan bertubi-tubi itu. Lantas tak aneh, tak ada sakit yang Theola rasakan.
-    Jujur
*      “Gue selalu jujur sama elo, Theola. Masa elo nggak tau?” kata Arizona tegas.
6.      Iren
-    Cemburuan
*      “Itu dia orangnya, cewek ganjen yang mau ngerebut cowok orang!” seru Iren dengan suara lantang.
-    Jahat
*      “Udah, kerjain tuh cewek sampe sadar kalo dia jangan seenaknya aja ngerebut cowok gue,” bentak Iren pada kedua temannya.
-    Kejam
*      Iren baru menghentikan preman-premannya memukuli Arizona setelah melihat Arizona sudah babak belur tidak berdaya. Kemudian ia meninggalkan begitu saya kakak tirinya itu yang tergolek pingsan di pinggir jalan.
7.      Mama Theola dan Ralphie
-    Perhatian
*      Mama Theola yang cemas langsung menelpon Theola. Ponsel Theola diangkat oleh Marva kemudian diberikan kepada Theola.
-    Penyayang
*      “Sejak saat itu, mereka nggak pernah bisa memaksa gue, Bel. Sejak saat itu, semua cinta mereka yang tersisa dilimpahkan buat diri gue. Dan mereka begitu takut kehilangan gue. Mereka selalu menuruti kemauan gue… Apalagi kemauan yang gue tunjukkan dengan sikap yang sangat keras seperti itu.”
*      “Ralphie…,” panggil Mama sambil maju merangkulnya dengan sangat erat
8.      Papa Theola dan Ralphie
-    Penyayang
*      “Semua cinta mereka yang tersisa dilimpahkan buat diri gue. Dan mereka begitu takut kehilangan gue. Mereka selalu menuruti kemauan gue… Apalagi kemauan yang gue tunjukkan dengan sikap yang sangat keras seperti itu.”
-    Tegar
*      “Kita akan bisa melewati ini semua, Ma. Karena akan selalu ada kebahagiaan di setiap penderitaan,” kata Papa penuh meyakinkan.
Latar
No
Tempat
Waktu
Suasana
Alat
1
Di atas panggung
Pagi hari
Menjengkelkan, menyedihkan
Pengeras suara (mikrofon)
2
Di dalam sedan perak
Sore hari
Menyenangkan, tenang, menegangkan
Game boy, kemudi mobil, pedal gas, tongkat persneling
3
Di dalam mobil berwarna hitam
Pagi hari
Tenang, gembira
Kacamata hitam, tongkat
4
Di halaman belakang sekolah
Pagi hari
Menegangkan, menakutkan
Uang dua puluh ribu dan lima puluh ribu
5
Depan kamar Rabel
Pagi hari
Menjengkelkan
Mobil berwarna biru
6
Di dalam kafe
Sore hari
Ramai, menegangkan
Tongkat
7
Di dalam taksi
Malam hari
Gembira, penuh kerinduan
Tongkat, rokok
8
Di dalam kamar Theola
Malam hari
Menegangkan
Tongkat, tempat tidur
9
Di halaman depan sekolah
Pagi hari
Ramai, meriah
Tongkat
10
Di gudang sekolah
Pagi hari
Mencekam, menegangkan
Tumpukan kursi, tongkat
11
Di dalam rumah
7 tahun yang lalu, pagi hari
Menyedihkan, mengharukan
Buku harian
12
Di dalam taksi
Siang hari
Tenang, membingungkan
Tongkat
13
Di dalam kamar Marva
Siang hari
Tenang, menyedihkan
Tape
14
Di pinggir jalan
Sore hari
Panas, ramai, membingungkan
Jam tangan
15
Di Hypermarket
Siang hari
Ramai, menyenangkan
Tongkat, kue dorayaki, kereta dorong
16
Di dalam rumah Theola
Sore hari
Lucu, membingungkan
Kue dorayaki beraneka rasa
17
Di dalam toko buku
Siang hari
Menggembirakan
Buku cerita
18
Di depan toko buku
Siang hari
Menjengkelkan
Kue dorayaki, tongkat
19
Di pinggir jalan
Siang hari
Membingungkan
Tongkat
20
Di rumah Theola
Sore hari
Membingungkan
Buku Braille
21
Aula sekolah
Sore hari
Membingungkan, sunyi, hening

22
Di kamar Theola
Malam hari
Menegangkan, menyedihkan
Tisu, sofa, tempat tidur
23
Di kamar Theola
Siang hari
Menyenangkan
Tongkat, bunga anggrek bulan
24
Di gedung pertunjukkan
Siang hari
Tenang, menggembirakan
Tongkat
25
Di halaman parkir gedung pertunjukkan
Sore hari
Menegangkan, mencekam, panik
Rokok, tongkat, balok kayu
26
Di kamar Rabel
Malam hari
Panik, membingunkan
Semangkuk mi instan, pigura usang
27
Di kamar Theola
Tengah malam
Sunyi, mengejutkan
Tempat tidur
28
Di kamar Rabel
Tengah malam
Hening, mencemaskan
Foto Theola
29
Di kamar Adiel
Siang hari
Menyenangkan
Handphone
30
Di depan rumah Adiel dan Marva
Sore hari
Panik, menegangkan, menakutkan
Tongkat
31
Di kamar Theola
Siang hari
Membingungkan
Buku Braille
32
Di depan kamar Rabel
Siang hari
Membingungkan
Handphone
33
Di kamar Marva
Sore hari
Memalukan, menjengkelkan, menyedihkan
Tape, CD lagu
34
Di halam rumah Adiel dan Marva
Sore hari
Menyedihkan
Tongkat
35
Di kamar Adiel
Malam hari
Sunyi, hening
Tempat tidur
36
Di kamar Rabel
Malam hari
Kesal, membingungkan
Tempat tidur
37
Di rumah sakit
Pagi hari
Sepi, membosankan
Piring, tempat tidur
38
Di toko souvenir
Siang hari
Ramai, menggembirakan
Patung bebek
39
Di pinggir jalan
Siang hari
Panas, menegangkan
Tongkat
40
Di rumah makan pinggir jalan
Siang hari
Membingungkan
Tongkat
41
Di pinggir jalan
Sore hari
Menjengkelkan, menegangkan, mencekam
Mobil merah, tas, cermin
42
Di ruang makan
Sore hari
Membahagiakan, mengejutkan, panik
Kue ulang tahun
43
Di taman
Sore hari
Gelisah, membahagiakan, mengharukan
Bangku, rokok
44
Di rumah Theola
Siang hari
Menjengkelkan, membingungkan, menegangkan
Tongkat
45
Di dalam mobil Rabel
Siang hari
Menjengkelkan, membingungkan, menegangkan
Tongkat
46
Di rumah sakit
Sore hari
Cemas, gelisah, menegangkan, menyedihkan
Handphone, bangku
47
Di makam ayah angkat Rabel
Sore hari
Menyedihkan, mengharukan
Ponsel tua
48
Di kamar Rabel
Malam hari
Gelisah, menegangkan, menyedihkan
Botol air mineral, botol berwarna biru terang, surat, buku tulis, kursi, meja
49
Di rumah sakit
Pagi hari
Gelisah, mengejutkan, menjengkelkan, mengharukan
3 buah surat dari Ralphie
50
Di rumah sakit
Pagi hari
Gelisah, menegangkan
Kacamata google
51
Di kamar Rabel
Pagi hari
Menyedihkan, mengharukan
Bingkai foto, sepucuk surat
52
Di makam Rabel
Siang hari
Tenang, menyenangkan
Kacamata google


Sudut Pandang
Novel ini menggunakan sudut padang orang ke-3 serba tahu.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 

UNSUR EKSTRINSIK
Alexandra Leirissa Yunadi
(Perempuan)

1.      Pendidikan
Alexandra Leirissa Yunadi merupakan seorang pelajar SMU karena cerita novel berputar pada kehidupan pelajar SMU. Dan Alexandra juga mengetahui bagaimana selak-beluk kehidupan anak remaja SMU pada umumnya.
2.      Agama
Alexandra Leirissa Yunadi beragama Katolik karena pada bagian akhir cerita tertera nama Romo Robert Tarsisius pada sebuah nisan makam.
3.      Hobby
a.      Alexandra suka mendengarkan musik barat karena terdapat judul lagu-lagu barat, seperti: Crazy in Love (Beyonce).
b.      Alexandra suka menonton acara MTV karena di dalam cerita novel ada kalimat: video klip Toxicity “System of Down” yang diputar di MTV.
4.      Favorite
a.      Alexandra Leirissa Yunadi sangat mengidolakan Band Peterpan karena di cerita novel terdapat kata Peterpan yang dibuat agak berlebihan.
b.      Alexandra sangat menyukai kue Dorayaki karena di cerita novel terdapat kata “kue Dorayaki” yang disebutkan dalam banyak rasa.

 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------

PENUTUP

Kesimpulan
Novel genre Teenlit berjudul “Dua Pasang Mata” karya Alexandra Leirissa Yunadi merupakan suatu novel yang patut diacungi jempol. Banyak hal-hal yang menarik dalam cerita novel ini. Karakter tokohnya juga tidak monoton. Bahasanya bahasa anak muda. Cerita dalam novel ini saling berkaitan dan membuat pembacanya menjadi penasaran dengan akhir ceritanya. Sangat bagus, menyentuh, dan berkesan. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Namun sayang kelemahannya cuma satu dimana bahasanya masih terkesan agak kaku meskipun sudah bahasa anak muda.

Saran
·         Sebaiknya penerbit memcantumkan minimum umur membaca novel ini
·         Sebaiknya pembaca tidak meniru apa yang dilakukan Rebel yang bunuh diri
·         Sebaiknya pembaca tidak melakukan apa yang dilakukan Iren yang melakukan apa saja untuk medapatkan sesuatu
·         Sebaiknya pengarang menambahkan cerita untuk Marva dan Adiel


 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KATA PENUTUP

            Demikian apresiasi sastra novel Indonesia yang berhasil kami buat. Dengan segala kerendahan hati, kami meminta maaf jikalau ada kata-kata yang kurang benar ataupun bahasa yang kurang baik. Semoga kita bisa mengambil sisi positif dari apresiasi sastra novel Indonesia ini dan dapat menjadi sumber inspriasi maupun sarana pembelajaran kita ke depan.
            Akhir kata tim penyusun ucapkan terima kasih atas kesediaannya membaca apresiasi sastra novel Indonesia ini. Tak bosan pula, kami meminta kritik dan saran agar menjadi cermin kami untuk ke depan yang lebih baik.